Hari
ini tepat dua hari setelah rabu basah itu. Aku masih tak berubah dengan
Indra, masih penuh dengan diamku. Sementara Indra masih dengan rasa
ketidak bersalahannya padaku. Rasa enggan untuk meneruskan ini semakin
besar dan aku tidak tahu bagaimana memulainya. Indra terlalu kuat
mengisi hari-hariku. Tiba-tiba, aku teringat pada kejadian yang
menyakitkan itu. Kejadian yang membuatku jadi alien di mata Indra.
Aku
dan Indra memulai semua ini dari sebuah persahabatan, persahabatan yang
menyenangkan dikala itu. Indra adalah satu-satunya orang yang masih
bersedia mengangkat teleponku bahkan ketika lewat tengah malam hanya
untuk mendengarkan aku menangis. Indra yang menemani aku melewati
masa-masa sulitku melupakan Shandy, tunanganku eh mantan tunanganku yang
entah kemana rimbanya hingga kini sampai akhirnya aku dan Indra
memutuskan untuk bersama, hingga suatu hari aku sakit, dan dokter
memvonisku terkena kista dan operasi harus segera dilakukan.
"Ndra, aku kena kista. Aku harus operasi malam ini. Temenin aku, aku takut L", kira-kira itu pesan singkat yang aku kirimkan pada Indra.
Ditengah
kecemasanku menghadapi meja operasi ditambah dengan melihat raut wajah
cemas mama, aku berharap Indra ada menemaniku. 5 jam sudah berlalu,
sejak sms terakhir yang aku kirim pada Indra namun Indra tak juga
datang. Jam sudah mendekati pukul 21.00 malam, aku harus segera masuk
ruang operasi. Mama menyemangatiku dengan segala doa-doa yang
dilantunkan untukku.
"Anka,
yang kuat ya Nak. Mama tau, Anka pasti bisa. Mungkin Indra masih sibuk
jadinya belum bisa hubungin Anka. Nanti kalo Indra dateng, mama langsung
suruh tungguin Anka ya", ucap mama sambil mengelus rambutku.
Aku
hanya mengangguk, mencoba tetap berpikir bahwa semuanya akan baik-baik
saja dan meyakini dengan benar apa yang mama ucapkan soal Indra.
Ternyata kekhawatiranku akan Indra mengalahkan kekhawatiranku tentang
meja operasi. Seketika aku gelisah sembari menunggu operasiku dimulai.
Ruangan
itu dingin, semakin dingin karena aku tidak mengenakan apapun selalin
baju operasi dan penutup kepala. Ruangan itu bau obat, sangat menusuk.
Tak lama datanglah dokter dan para perawat yang akan menanganiku. Saat
itu, aku masih berharap ada Indra yang melihatku, tapi tidak ada.
Seketika aku merasa ada yang masuk ke tubuhku dan melihat lampu besar
seakan menimpaku dan aku terlelap.
***
Aku terbangun, sekelilingku sudah berbeda. Aku sudah berpindah tempat. Disisiku ada mama tetap tanpa Indra.
"Ma, Indra mana ?", itu pertanyaan pertamaku pada mama setelah membuka mata.
"Indra belum dateng sayang, belum ngabarin mama juga. Sabar ya", sahut mama sambil menenangkanku.
"Teleponku ma", ucapku sembari mengambil telepon genggam yang mama berikan padaku.
Dengan tidak sabar, aku melihat handphone-ku namun tak ada pesan singkat, telepon, mentions twitter juga pesan di yahoo messenger.
Tak ada satupun, sa-tu-pun ! Seketika aku lemas, entah kemana Indra
semalaman ini tanpa kabar. Aku coba menghubungi Indra, namun tidak
aktif. Tak terasa air mataku meleleh, tumpah sejadi-jadinya. Mama segera
memelukku.
"Ma, Anka mau sendiri dulu. Boleh kan ? Mama pulang aja, kan disini ada suster yang jagain Anka", pintaku pada mama.
"Anka yakin enggak apa-apa ?", tanya mama.
Aku
menggeleng mantap. Aku yakin mama lebih mengerti aku. Mama hanya
tersenyum kemudian memelukku dengan hangat seraya pergi meninggalkan
kamar rawatku. Setelah mama pergi, aku menangis lagi mengeluarkan semua
percampuran rasa yang menyiksa. Kemana Indra ? Kenapa dia tak ada ? Ada
apa dengan Indra ? Pertanyaan-pertanyaan yang aku tahu tak akan terjawab
sekarang. Ah, keadaan yang tak pernah aku suka kini terjadi lagi. Aku
tak tahu harus apa sekarang, kepalaku pening.
Sudah
hampir pukul 19.00 malam, belum ada kabar dari Indra. Aku hampir putus
asa. Akhirnya aku memutuskan untuk mengirimkan pesan singkat lagi pada
Indra.
"Ndra, i can't reach you. Call me, urgent !"
Lalu segera aku tekan tombol send
dan tak beberapa lama layar teleponku menyala, laporan bahwa pesannya
sudah terkirim. Alhamdulillah, aku agak lega. Eh, aku baru ingat mengapa
aku tidak melihat timeline Indra. Segera aku buka akun twitter-ku dan mengetik @dimasindra pada kolom search. Dan...
@dimasindra dari SG nganter @rarasaraswati. Capek !
Itu status terakhir Indra yang di update kira-kira
15 menit yang lalu. Ternyata semalaman Indra ada di Singapura mengantar
raras, perempuan yang aku kenali sebagai pacar teman lama Indra. Indra
ternyata bisa pergi begitu saja tanpa menanyakan kabarku. Aku sudah tak
lagi cemas kini, aku kecewa dan seketika tanpa aku sadari aku berubah.
***
- (oleh ameliaharahap - http://messynauli.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment